Proses masuknya
agama Hindu-Buddha ke Indonesia berawal melalui jalur perdagangan. Diperkirakan
pada awal abad masehi. Terjadi interaksi antara pedagang Indonesia (nusantara)
dalam transaksi perdagangan dengan bangsa asing, terutama Tiongkok dan India
yang merupakan pusat Hindu-Buddha terbesar di Asia. Interaksi ini melahirkan
Asimilasi budaya yang sebelumnya berkembang Animisme dan Dinamisme di
Indonesia(nusantara). Pandangan tentang masuknya kebudayaan Hindu-Budha disampaikan
oleh sejarawan melalui beberapa Hipotesis. Berikut ini adalah
hipotesis-hipotesis yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang proses masuk
dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di IndonesiaHubungan India-Tiongkok-Indonesia dalam penyebaran Hindu-Budha Sumber : Wikipedia
1. Teori Brahmana
Teori ini
dikemukakan oleh Van Leur. Dalam pandangannya mengemukakan bahwa para kaum
brahmana diundang datang ke Nusantara karena ketertarikan raja-raja yang
berkuasa dengan ajaran agama Hindu dan Buddha. Sehingga raja-raja tersebut
mendatangkan para kaum brahmana untuk mengajarkan agama tersebut untuk raja dan
rakyatnya. Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan
Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau yang hampir semuanya menggunakan
huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta. Di India, aksara dan bahasa ini hanya
dikuasai oleh golongan Brahmana. Akan tetapi, bagaimana mungkin para Brahmana
bisa sampai ke Indonesia yang terpisahkan dengan India oleh lautan. Dalam
tradisi agama Hindu terdapat pantangan bagi kaum Brahmana untuk menyeberangi
lautan, sehingga hal ini menjadi kelemahan hipotesis ini.
2. Teori Waisya
Dikemukakan oleh
N.J.Krom yang menjelaskan bahwa para pedagang yang beragama Hindu dan Buddha
menjadi aktor utama penyebar agama tersebut di Nusantara. Proses transaksi
dagang melahirkan interaksi, dimana pedagang India-Tiongkok memperkenalkan
kebudayaan masing-masing di Indonesia (nusantara). Pendapat Krom tersebut
didasarkan penelaahan dia pada proses Islamisasi di Indonesia yang dilakukan
oleh para pedagang Gujarat. Bukan hal yang mustahil, proses masuknya budaya
Hindu-Buddha di Indonesia dilakukan dengan cara yang sama. Namun, teori ini
memiliki kelemahan, yaitu para pedagang yang termasuk dalam kasta Waisya tidak
menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang umumnya hanya dikuasai oleh
kasta Brahmana.Selain itu, terdapat kelemahan lain dalam hipotesis ini yaitu
dengan melihat peta persebaran kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia yang
lebih banyak berada di pedalaman. Namun apabila pengaruh tersebut dibawa oleh
para pedagang India, tentunya pusat kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha akan lebih
banyak berada di daerah pesisir pantai.
Pada awal masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara abad ke 5, di daratan India dan China sedang berlangsung perang saudara. Raja-raja yang kalah peperangan melarikan diri ke Nusantara untuk berlindung pendapat ini diuraikan J.C. Moens. Lambat laun mereka yang melarikan diri mendirikan kerajaan kembali di Nusantara dengan corak-corak yang berhubungan dengan agama Hindu atau Buddha yang sebelumnya mereka anut. Teori ksatria juga di uraikan C.C. Berg yang berpandangan para petualang yang sebagian besar berasal dari golongan Ksatria. Para Ksatria ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia yaitu mereka membantu kepala suku yang bertikai, atas bantuan ini mereka mendapatkan hadiah berupa wilayah yang kemudian menyebarkan agama Hindu-Budha. Teori Ksatria juga didukung oleh Mookerji. Sementara itu, kelemahan hipotesis yang dikemukakan oleh Berg, Moens, dan Mookerji yang menekankan pada peran para Ksatria India dalam proses masuknya kebudayaan India ke Indonesia terletak pada hal-hal sebagai berikut, yaitu:
Ø Para Ksatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa;
Ø Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukkan kerajaankerajaan India, tentunya ada bukti prasasti (jaya prasasti) yang menggambarkan penaklukkan tersebut. Akan tetapi, baik di India maupun Indonesia tidak ditemukan prasasti semacam itu. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan tentang penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salah satu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai sebagai bukti yang memperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penaklukkan tersebut terjadi pada abad ke-11 sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan pada kurun waktu yang lebih awal.
4. Teori Arus Balik
Teori ini di
asumsikan bahwa perkembangan ajaran Hindu dan Buddha yang pesat di India. Teori
ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch. Perkembangan pesat India menarik perhatian
pedagang indonesia (nusantara), sehingga berkeinginan untuk belajar ke India.
Masyarakat Indonesia yang sudah belajar di India kembali ketanah air dan
menyebarkan ajaran Hindu-Budha di Indonesia (nusantara). Teori ini diperkuat
dengan hasil karya seni, terdapat perbedaan pembangunan antara candi-candi yang
dibangun di Indonesia dengan candi-candi yang dibangun di India. Selain itu
Bahasa Sanskerta hanya dikuasai oleh para Brahmana di India, tetapi kenapa
bahasa yang digunakan oleh masyarakat Indonesia (nusantara) pada waktu itu.
5. Teori Sudra
Para budak dari
India dan China datang ke Nusantara karena dibawa oleh pemiliknya atau karena
mencari kehidupan yang lebih baik. Namun ada juga mereka melarikan diri ke
Nusantara karena tidak tahan. Pada saat mereka menetap di Nusantara, mereka
berasimilasi dan berakulturasi dengan penduduk sekitar yang membawa perubahan
pada penduduk yang pada awalnya memeluk Animisme dan Dinamisme, berganti
memeluk agama Hindu atau Buddha. Teori ini dikemukakan oleh Van Feber.
0 komentar:
Posting Komentar